Lioner, perempuan cantik dan pintar. Tak heran jika banyak lelaki
menyukainya. Namun dia bukanlah tipe perempuan yang mudah membuka hati
lelaki. Lioner hanya memilih satu nama lelaki dipahatkan di hatinya.
Lelaki adalah temannya mereka dipertemukan pada acara adat Kalomba
yang dilakukan masyarakat Kajang. Tradisi Kalomba sudah turun temurun.
*****
Lioner tidak seberuntung perempuan lainnya, yang bisa menikmati hidup
dan cinta bersama lelaki yang dicintai. Tumor otak yang bersarang di
kepalanya adalah penyebabnya. Nyawanya diprediksi dokter hanya bertahan
beberapa bulan lagi kalau tak segera dioperasi. Lioner ragu menjalani
operasi. Kata dokter, ia akan kehilangan ingatan selama-lamanya setelah
operasi. Lioner tak ingin kehilangan perasaan dan ingatan tentang
laki-laki yang dicintainya itu.
Tak ada pilihan lain, Lioner harus menceritakan kondisinya kepada
laki-laki tersebut ketika ia diantar ke dokter. Mendengar penjelasan
Lioner. Lelaki menyarankan agar melakukan operasi.
"Aku tidak ingin melakukan operasi," bentak Lione sambil menarik
tangang lelaki tersebut.
"Jangan bercanda, kau bisa mati!" ujar lelaki itu, tatapannya tajam
menikam mata Lioner.
"Itu lebih baik daripada aku kehilangan semua kenangan tentang
kebersamaan kita," ungkap Lioner terisak. Matanya basah dan
berkaca-kaca.
Lelaki itu mencengkeram lengan Lioner lalu berujar lembut, "Kau tak
mengerti. Aku tak bisa kehilanganmu. Aku mencintaimu."
"Kau, kau, kau mencintaiku? Kenapa kau tak pernah mengatakannya?"
tanya Lioner gugup dan bergetar.
"Aku takut kau tak merasakan hal yang sama dan akan membenciku," ujar
lelaki tersebut sambil menunduk. Lioner mengambil tangan laki-laki itu
dan mengangkat wajah laki-laki tersebut, "Tapi aku merasakan hal yang
sama. Aku mencintaimu."
"Kalau begitu tolong lakukan operasi ini. Sekalipun kau akan kehilangan
ingatanmu," pinta lelaki itu, dengan wajah memelas.
"Tidak bisa…Aku tidak ingin ketika aku bangun, aku tak tahu siapa
dirimu. Lebih baik aku mati daripada melupakanmu,"
"Aku akan selalu berada di sampingmu," ujar lelaki itu tulus.
********
Pagi beranjak meninggi. Seisi rumah sakit terlihat sibuk.
Disebuah kamar pasien, Lioner terbaring. Pagi itu, ia akan dioperasi. Di
samping tempat tidurnya, lelaki tersebut tertunduk, memandangi Lioner
sambil menggenggam tangannya.
"Bawalah ini bersamamu Li, agar kau tahu aku selalu di sisimu," katanya
sambil menyerahkan sebuah cincin.
"Kau tak akan pergi ke mana-mana kan?" tanya Lioner. Lelaki itu
mengangguk.
"Aku akan menunggu di luar. Bertahanlah."
Para perawat datang, lalu membawa Lioner ke ruang operasi.
Berjam-jam lelaki itu menunggu di luar ruangan. Doa dan harapan
kesembuhan untuk Lioner membukit. Usai operasi pun ia setia di samping
Lioner, berhari-hari ia menunggui kekasihnya siuman.
Suatu malam yang sepi. Lelaki tersebut terkantuk-kantuk, ia
bahkan pernah tertidur sesaat, hingga suara rintihan kecil
membangunkannya.
"Kau sudah bangun Li..? Syukurlah akhirnya kau membuka matamu," ujar
lelaki itu bahagia.
Lioner menatapnya dengan heran, "Siapa kau? Dimana ini?"
Mendengar pertanyaan itu, lelaki itu terhenyak, "Jadi kau tak mengingat
apa-apa? Bahkan kau tak mengingat aku Li?"
"Tidak," jawabnya. "Tolong jangan membuatku bingung, keluarlah kau. Di
mana dokter? Dokteer…." Teriak Lioner.
"Tapi bagaimana dengan perasaanmu padaku dan janji kita Li ? Kita saling
mencintai, tidakkah kau ingat hal itu Li?" ujar lelaki itu. Dan itu
membuat Lioner makin panik dan mengusirnya keluar. Lioner berteriak
memanggil perawat dan dokter. Lelaki itu pun dengan terpaksa harus
meninggalkan rumah sakit. Ada air mata menggantung di retinanya.
Sejak kejadian yang pilu itu. Lelaki tersebut tak bisa lagi
bertemu Lioner yang sangat dicintainya. Dengan alasan demi kebaikan
Lioner, lelaki itu dilarang secara sopan oleh orang tua Lioner agar
tidak menemuinya.
Beribu hari terlewatkan, lelaki masih setia pada cintanya.
Namun, ia hanya bisa menatap Lioner dari kejauhan. Pernah suatu hari, ia
melihat Lioner berjalan dengan lain. lain. Hatinya terasa tercabik.
Semestinya dirinyalah yang saat ini ada di sisi Lioner Sejak saat
itulah, ia tak lagi berharap akan bertemu dengan Lioner. Karena.
Pada waktu yang lain, tanpa sengaja lelaki itu melihat Lioner di sekitar
perkebunan karet. Lelaki itu berniat menghindar. Namun pandangannya
tertuju pada leher Lioner, ada kalung menggantung manja di leher
putihnya. Pada kalung itu, ada cincin yang melingkar. Ia ingat itu
cincin pemberiannya ketika Lioner akan dioperasi. Cincin itu menemani
Lioner dioperasi. Andai saat itu, ia tak memaksanya dan Lioner
melakukan operasi, tentu mereka akan saling mencintai. Dan Lioner akan
meninggal, lenyap selamanya dari pandangan.
Lelaki itu menghela napas beratnya. Senyum melingkar di
bibirnya. “Biarlah cinta ini mengalir menuju muara semestinya.
Setidaknya kami pernah saling mengutarakan isi hati hingga membuat
Lioner berani menjalani operasi untuk menyelamatkan hidupnya sendiri,”
gumam lelaki tersebut. Tatapannya mengikuti langkah Lioner. Disaat yang
sama, Lioner menoleh dan melihat lelaki itu. Ia hanya tersenyum sambil
memegangi cincin yang terjuntai dikalungnya, lalu terus melangkah dengan
riang sambil bernyanyi,
“Jangan hadirkan aku di antara helaian napasmu
biarkan aku lepas dari keheningan
aku adalah lintasan nama
kau adalah ibarat makna yang tak bisa d ungkap
pergi menemui matahari
lari menemui bulan di kegelapan malam.”
Tak ada jejak cinta lagi di mata Lioner untuk lelaki itu. Tapi
lelaki itu tetap setia pada cintanya, Lioner. Akhirnya pun lelaki itu
pun melangkah. Hiruk pikuk pelaksanaan Kalomba tak dihirau. Ada luka
bersarang di hatinya jika ia mengikuti perayaan itu, disanalah ia
bertemu Lioner. Ia putuskan menjauh kemana saja, pada entah.
Penulis: Ulfa Mariana Prahara
Kendari, 11 Februari 2013
2 komentar:
Posting Komentar