Puisi



Wajah Demokrasi

Negeriku kian mati
katanya demokrasi tapi tak mau berselisih
ada kalanya mengancam koalisi satu sisi menarik oposisi
mentri bingung menjadi-jadi
langkah tak ada yang pasti
merekrut oposisi menyingkirkan koalisi
tradisi baru elit politik dalam berdemokrasi
cacimaki silih berganti
pergantian kursi jadi sarapan pagi setiap kali ku bangun pagi

untukmu yang asyik berdiskusi dimeja eksekusi
tak perlu lagi kau berdebat tentang negeri ini
basi rasanya aku mendengar berita ini karena tak ada yang pasti dari persoalan bangsa ini

hukum tumpul pada orang yang berdasi
runcing tajam untuk masyarakat seperti kami
lalu dikemanakan pasal-pasal yang kau buat tadi
jika anak cucuku kelak bertanya padaku kenapa ia harus bangga pada indonesia ini
apakah kau tau menjawabnya?
karena sejarah…..!
iya,karena kita punya sejarah, patut diteladani
parahnya kenapa kita tidak meniru hal itu
bangsa ini semakin dekat dijurang perselisihan
belum tuntas yang satu datang persoalan baru
akhirnya mengambanglah penderitaan ini

janganlah lagi kita menghabiskan waktu berdebat tentang hal ini karena kau akan membuatku mati
perlahan hatiku kau lukai lalu dengan
kebuasanmu kau cabit-cabit nurani ini
bila saja esok negri ini kan lebih baik dari sekarang
kupinta tiadakan saja partai-partai hari ini
omongannya tak ada yang pasti semuanya basa-basi

demokrasi basa-basi politisi
politisi basa-basi berdemokrasi

Makassar, 11 Maret 2011




Reformasi

dibalik roda dimensi waktu
ada arena, ada ajang permainan
begitu pula negriku
ada ketimpangan, kepincangan politik kotor
yang mengerang jadi problem negriku
Jadi pusarah bangsaku

hidup di atas gulungan ombak
senantiasa terseret terhempas angin laut
kala senja bertiup menepi  bersandar pada zaman
tenggelam  dalam kesenjangan hidup yang hina
tapi dengan ini kubangkit hidup dan kembali berkata
reformasi bergejolak
segelintir kubangkit angkat senjata
menyerukan pada bumi indonesia
mari hidup selayaknya
kita teriakkan perubahan
hidup reformasi

Gowa, 17 Agustus 2005

Tidak ada komentar: